Senin, 01 Oktober 2012

Keterpaduan Masalah Ekonomi dengan Sosiologi



KETERPADUAN EKONOMI DAN SOSIOLOGI
oleh :
evi meriani, luki susanto, fredi novari, rika warnita, agnes desi, ahmad rafa'i, zumrawi, minarti, leni widianingsih.


Jika berbicara mengenai pembelajaran IPS, tentu setiap mata pelajaran yang termasuk dalam ilmu pengetahuan sosial (IPS) memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Sejatinya, pembelajaran sebuah ilmu akan lebih sempurna jika ditunjang oleh ilmu-ilmu yang lain. Berikut ini, kelompok kami akan mencoba membuat keterkaitan materi ekonomi dengan sosiologi. Jika ditelaah lebih lanjut, kedua pelajaran ini memiliki keterkaitan yang cukup kuat. Yang coba kami kupas secara garis besar kurang lebih adalah bagaimana keterkaitan masalah-masalah ekonomi terhadap gejala sosial, kecenderungan berprilaku baik individu maupun kelompok atau sebuah komunitas tertentu. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat tabel berikut ini :
                    
Berdasarkan tabel diatas, jelas bahwa masalah-masalah ekonomi menimbulkan gejala-gejala sosial, begitupun sebaliknya. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu per satu.
A.      KURANGNYA LAPANGAN PEKERJAAN DAN TINGGINYA ANGKA KRIMINALITAS
Seiring dengan perkembangan zaman, berdasarkan realita yang terjadi dilapangan, lapangan pekerjaan yang tersedia, di Indonesia khususnya sangatlah terbatas. Hal ini terjadi akibat banyak faktor, diantaranya adalah pola konsumsi manusia yang lebih tinggi dibandingkan pola produksinya. Secara langsung maupun tidak langsung, kurangnya laangan pekerjaan yang tersedia akan mengakibatkan banyak gejala-gejala sosial di sekitar kita. Secara garis besarnya, tuntutan kebutuhan manusia yang tidak pernah ada habisnya, memaksa seseorang untuk memenuhinya tanpa peduli bagaimanapun caranya. Terkait dengan kurangnya lapangan pekerjaan, seseorang yang tidak memiliki keterampilan khusus, atau berpendidikan rendah terkadang menemui jalan buntu. Disatu sisi harus memenuhi kebutuhan, namun disisi lain tidak adanya lahan yang bersedia menampungnya sebagai pekerja. Oleh karna itu, timbullah aliran pikiran negatif disaat keadaan mendesak. Hal inilah yang dimaksudkan ada keterkaitan antara kurangnya lapangan pekerjaan dengan tingginya angka kriminalitas dalam kehidupan masyarakat. Semakin kurangnya lapangan pekerjaan, ditambah dengan kebutuhan manusia yang semakin tinggi, serta pola kehidupan konsumtif yang mulai menyelimuti kehidupan masyarakat Indonesia, membuat seseorang atau suatu kelompok menjadi buta mata. Hal ini akan menimbulkan gejala sosial di masyarakat. Akan timbul konflik, dan mempengaruhi dinamika kehidupan bermasyarakat itu sendiri. Wilayah yang angka kriminalitasnya rendah akan mencerminkan bahwa diwilayah itu kehidupan masyarakatnya harmonis, artinya ada kesinambungan antara lapangan pekerjaan yang tersedia dan interaksi yang terjadi antar masyarakatnya. Sebaliknya, jika dalam suatu wilayah tingkat kriminalitasnya tinggi, mencerminkan bahwa diwilayah itu memiliki pertumbuhan penduduk yang cepat, dan tentu saja kurangnya lapangan pekerjaan.

B.      KURANGNYA LAPANGAN PEKERJAAN DAN JUMLAH PENDUDUK YANG SEMAKIN BERTAMBAH
pengangguran merupakan masalah yang sangat penting untuk diselesaikan mengingat angka atau besaran tingkat pengangguran di Indonesia yang mengalami kenaikan tiap tahunnya diikuti bertambahnya jumlah penduduk dan jumlah angkatan kerja Indonesia. Angka pengangguran yang rendah dapat mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang baik, serta dapat mencerminkan adanya peningkatan kualitas taraf hidup penduduk dan peningkatan pemerataan pendapatan, Oleh karena itu kesejahteraan penduduk meningkat.
setiap tahun penduduk bertambah, maka yang akan terjadi penurunan lahan kosong akibat dialih fungsikan sebagai pemukiman penduduk. Dengan menurunnya jumlah lahan kosong yang tersedia maka juga menyebabkan ikut berkurangnya lahan lahan yang digunakan masyarakat sebagai tempat bekerja, misalnya tanah yang digunakan oleh petani yang beralih fungsi sebagai pemukiman. Namun, dengan berkurangnya lahan lahan pertanian, akan berbanding terbalik dengan jumlah penduduk, jika jumlah lahan semakin sedikit, maka jumlah penduduk akan semakin banyak. Jumlah penduduk yang semakin banyak, akan berakibat banyak masyarakat yang menjadi pengangguran, akibat banyak lahan yang beralih fungsi. Petani yang menjadikan lahan pertanian sebagai sumber rezeki mereka kini berubah menjadi pemukiman penduduk, dan akhirnya mereka pun  kehilangan mata pencaharian mereka sebagai petani. Jika mereka beganti profesi pun mereka tentu belum mendapatkan yang lebih baik, daripada ketika mereka menjadi seorang petani. Akibatnya mereka lebih memilih menganggur dan berharap belas kasihan pemerintah agar mau membantu mereka.
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan tersebut, besarnya jumlah pengangguran yang terus meningkat sejalan dengan tingginya tingkat angkatan kerja yang rata-rata peningkatan setiap tahunnya 2,1 persen serta diiringi oleh lambatnya pertumbuhan ekonomi disamping naiknya besaran GDP yang dialami oleh Indonesia. Namun demikian tingginya pengangguran yang terjadi ternyata juga diikuti oleh peningkatan upah yang diterima serta berfluktuasinya inflasi di Indonesia. ekonomi tidak saja jurang antara peningkatan angkatan kerja baru dengan penyediaan lapangan kerja yang rendah terus makin dalam, tetapi juga terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini menyebabkan jumlah pengangguran di Indonesia dari tahun ke tahun semakin tinggi. Kasus permasalahan pengangguran dirasa sudah cukup parah bagi pembangunan. Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang (gap) yang terus membesar. Kondisi tersebut kini membesar setelah krisis ekonomi. Beberapa indikator-indikator ekonomi sangat berpengaruh terhadap jumlah pengangguran.
jumlah penduduk yang bertambah tiap tahunnya ternyata memiliki hubungan searah dengan jumlah pengangguran. Dengan bertambahnya jumlah penduduk akan mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Hal ini juga didapat dari nilai koefisien korelasi antara jumlah penduduk dan jumlah pengangguran. Hal ini mengindikasikan hubungan positif dan kuat antara jumlah penduduk dan jumlah pengangguran. Berdasarkan nilai koefisien dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah penduduk seiring dengan peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia. Hal ini disebabkan kurangnya Penyerapan tenaga kerja, sehingga hubungan antara kenaikan jumlah penduduk di Indonesia sangat kuat dengan kenaikan jumlah pengangguran. Hubungan yang searah tersebut sesuai dengan teori pertumbuhan klasik, di mana penduduk yang sudah terlalu banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, maka produksi marginal akan mengalami penurunan. Oleh karena itu, dengan adanya pertambahan penduduk yang terlalu banyak maka akan menurunkan kegiatan ekonomi, sehingga mengakibatkan penduduk bekerja, hal tersebut mengindikasikan bertambahnya jumlah pengangguran hal tersebut disebabkan oleh sempitnya lapangan pekerjaan serta kompetensi pekerja yang tidak sesuai dengan peluang kerja yang ada.
Jika penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif, ini mengakibatkan kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah, Apabila keadaan ini dicapai, maka ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan yang tidak berimbang (stationary state). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berimbang tersebut. Berdasarkan penjelasan ahliahli ekonomi klasik, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Dari uraian tersebut dapat dilihat apabila kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akibatnya pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan per kapita. Di sisi lain, apabila penduduk sudah terlalu banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurangakan mempengaruhi fungsi produksi,maka produksi marjinal akan mulaimengalami penurunan. Berdasarkanhal tersebut, pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
C.      TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN DAN TINGGINYA ANGKA KRIMINALITAS
Pengangguran adalah suatu kondisi di mana orang tidak dapat bekerja, karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan.Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia.. Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya manusia adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak. Pengangguran penuh atau terbuka yakni terdiri dari orang-orang yang sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan lapangan pekerjaan sama sekali. Masalah pengangguran jika dibiarkan berlarut-larut maka sangat besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. Suatu krisis sosial ditandai dengan meningkatnya angka kriminalitas, tingginya angka kenakalan remaja, melonjaknya jumlah anak jalanan atau preman, dan besarnya kemungkinan untuk terjadi berbagai kekerasan sosial yang senantiasa menghantui masyarakat kita.
Bagi banyak orang, mendapatkan sebuah pekerjaan seperti mendapatkan harga diri. Kehilangan pekerjaan bisa dianggap kehilangan harga diri. Walaupun bukan pilihan semua orang, di zaman serba susah begini pengangguran dapat dianggap sebagai nasib. Seseorang bisa saja diputus hubungan kerja karena perusahaannya bangkrut. Padahal di masyarakat, jutaan penganggur juga antri menanti tenaganya dimanfaatkan.
Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia lambat-laun akan menimbulkan banyak masalah sosial yang nantinya akan menjadi suatu krisis sosial, karena banyak orang yang frustasi menghadapi nasibnya. Pengangguran yang terjadi tidak saja menimpa para pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa orangtua yang kehilangan pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup. Indikator masalah sosial bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.
Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, mereka kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor informal. Justru orang-orang yang kurang berpendidikan bisa melakukan inovasi menciptakan kerja, entah sebagai joki yang menumpang di mobil atau joki payung kalau hujan. Juga para pedagang kaki lima dan tukang becak, bahkan orang demo saja dibayar. Yang menjadi kekhawatiran adalah jika banyak para penganggur yang mencari jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal.Sulitnya mencari pekerjaan yang mengharuskan para pengangguran mecari uang dengan menghalalkan segala cara demi sesuap nasi,seperti mencopet,penjambretan,sampai ke pembobolan bank pun banyak terjadi. Tingginya angka pengangguran akan semakin banyak menimbulkan tindakan kriminalitas.

D.     TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN DAN JUMLAH PENDUDUK YANG TERUS BERTAMBAH
pengangguran merupakan masalah yang sangat penting untuk diselesaikan mengingat angka atau besaran tingkat pengangguran di Indonesia yang mengalami kenaikan tiap tahunnya diikuti bertambahnya jumlah penduduk dan jumlah angkatan kerja Indonesia. Angka pengangguran yang rendah dapat mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang baik, serta dapat mencerminkan adanya peningkatan kualitas taraf hidup penduduk dan peningkatan pemerataan pendapatan, Oleh karena itu kesejahteraan penduduk meningkat.
setiap tahun penduduk bertambah, maka yang akan terjadi penurunan lahan kosong akibat dialih fungsikan sebagai pemukiman penduduk. Dengan menurunnya jumlah lahan kosong yang tersedia maka juga menyebabkan ikut berkurangnya lahan lahan yang digunakan masyarakat sebagai tempat bekerja, misalnya tanah yang digunakan oleh petani yang beralih fungsi sebagai pemukiman. Namun, dengan berkurangnya lahan lahan pertanian, akan berbanding terbalik dengan jumlah penduduk, jika jumlah lahan semakin sedikit, maka jumlah penduduk akan semakin banyak. Jumlah penduduk yang semakin banyak, akan berakibat banyak masyarakat yang menjadi pengangguran, akibat banyak lahan yang beralih fungsi. Petani yang menjadikan lahan pertanian sebagai sumber rezeki mereka kini berubah menjadi pemukiman penduduk, dan akhirnya mereka pun  kehilangan mata pencaharian mereka sebagai petani. Jika mereka beganti profesi pun mereka tentu belum mendapatkan yang lebih baik, daripada ketika mereka menjadi seorang petani. Akibatnya mereka lebih memilih menganggur dan berharap belas kasihan pemerintah agar mau membantu mereka.
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan tersebut, besarnya jumlah pengangguran yang terus meningkat sejalan dengan tingginya tingkat angkatan kerja yang rata-rata peningkatan setiap tahunnya 2,1 persen serta diiringi oleh lambatnya pertumbuhan ekonomi disamping naiknya besaran GDP yang dialami oleh Indonesia. Namun demikian tingginya pengangguran yang terjadi ternyata juga diikuti oleh peningkatan upah yang diterima serta berfluktuasinya inflasi di Indonesia. ekonomi tidak saja jurang antara peningkatan angkatan kerja baru dengan penyediaan lapangan kerja yang rendah terus makin dalam, tetapi juga terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini menyebabkan jumlah pengangguran di Indonesia dari tahun ke tahun semakin tinggi.
Kasus permasalahan pengangguran dirasa sudah cukup parah bagi pembangunan. Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang (gap) yang terus membesar. Kondisi tersebut kini membesar setelah krisis ekonomi. Beberapa indikator-indikator ekonomi sangat berpengaruh terhadap jumlah pengangguran.
jumlah penduduk yang bertambah tiap tahunnya ternyata memiliki hubungan searah dengan jumlah pengangguran. Dengan bertambahnya jumlah penduduk akan mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Hal ini juga didapat dari nilai koefisien korelasi antara jumlah penduduk dan jumlah pengangguran. Hal ini mengindikasikan hubungan positif dan kuat antara jumlah penduduk dan jumlah pengangguran. Berdasarkan nilai koefisien dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah penduduk seiring dengan peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia. Hal ini disebabkan kurangnya Penyerapan tenaga kerja, sehingga hubungan antara kenaikan jumlah penduduk di Indonesia sangat kuat dengan kenaikan jumlah pengangguran.
Hubungan yang searah tersebut sesuai dengan teori pertumbuhan klasik, di mana penduduk yang sudah terlalu banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, maka produksi marginal akan mengalami penurunan. Oleh karena itu, dengan adanya pertambahan penduduk yang terlalu banyak maka akan menurunkan kegiatan ekonomi, sehingga mengakibatkan penduduk bekerja, hal tersebut mengindikasikan bertambahnya jumlah pengangguran hal tersebut disebabkan oleh sempitnya lapangan pekerjaan serta kompetensi pekerja yang tidak sesuai dengan peluang kerja yang ada.
Jika penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif, ini mengakibatkan kemakmuran masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah, Apabila keadaan ini dicapai, maka ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan yang tidak berimbang (stationary state). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berimbang tersebut. Berdasarkan penjelasan ahliahli ekonomi klasik, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Dari uraian tersebut dapat dilihat apabila kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akibatnya pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan per kapita. Di sisi lain, apabila penduduk sudah terlalu banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurangakan mempengaruhi fungsi produksi,maka produksi marjinal akan mulaimengalami penurunan. Berdasarkanhal tersebut, pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.

E.      SEMAKIN BERTAMBAHNYA KEBUTUHAN MANUSIA DAN TINGGINYA ANGKA KRIMINALITAS
Keterkaitan juga terjadi antara bertambahnya kebutuhan manusia dengan tingginya angka kriminalitas. Seperti yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya, kebutuhan manusia yang tidak ada pernah habisnya, dan berubahnya pola kehidupan masyarakat saat ini memungkinkan seseorang melakukan segala sesuatu demi terpenuhinya kebutuhan tersebut. Keteekaitannya dengan tingkat kriminalitas adalah ketika hal ini ditunjang dengan kurangnya lapangan pekerjaan, populasi jumlah penduduk yang membludak, serta faktor lainnya yang memungkinkan timbulnya tindak kejahatan tersebut.
F.       POLA KEHIDUPAN KONSUMTIF DAN JUMLAH PENDUDUK YANG TERUS BERTAMBAH
Semakin majunya pola pembanguna nasional di Indonesia secara tidak langsung dapat meningkatkan daya beli masyarakat.kebiasaan dan gaya hidup masyarakatpun ikut berubah dari waktu ke waktu yang tadinta bersikap sederhana menjadi  berprilaku konsumtif.   Konsumtif merupakan sifat yang dimiliki oleh masyarakat. Sifat yang sangat mendasar pada kehidupan setiap orang. Sehingga hampir semua orang memiliki sifat ini, tidak hanya orang yang memiliki taraf hiudp tinggi, terkadang orang yang memiliki taraf hidup rendah juga mempunyai sifat ini. Kegiatan mengkonsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan perilaku konsumtif masyarakat.Pola hidup berprilaku konsumtif ini terjadi pada hamper semua lapisan masyarakat meskipun dengan kadar yang berbeda-beda.
Masalah pola konsumtif seperti ini biasanya terjadi di kota-kota besar seperti  Jakarta,Bandung dan tak lupa kota-kota lainnya..yang merupakan pusat-pusat perbelanjaan ,terkadang mereka membeli barang-barang yang tidak terlalu penting hanya untuk kesenangan semata dan untuk memuaskan dirinya sendiri, contohnya para remaja.
 Dari 134 juta orang jumlah  kelas menangah, sekitar 14 juta orang masuk ke dalam rata-rata pengeluaran 6 dolar sampai 20 dolar AS per hari. Sebanyak  68 persen atau sekitar 91 juta orang lainnya merupakan kelas menengah bawah, dengan pengeluaran 2-4 dolar AS per hari.
Nafsu untuk berbelanja ternyata sangat besar. Bahkan masyarakat kelas menengah ini memiliki gaya tersendiri dalam berbelanja. Masih menurut Bank Dunia, nilai uang yang dibelanjakan kelas menengah Indonesia sangat  fantastis. Belanja pakaian dan alas kaki tahun 2010 mencapai Rp.113,4 triliun. Belanja rumah tangga dan jasa sebesar Rp.194,4 triliun, belanja di luar negeri Rp.50 triliun, dan biaya transportasi Rp. 283,6 triliun.
Lebih lanjut, data Bank Indonesia menunjukkan, jumlah transaksi menggunakan kartu kredit dalam periode 2005-2010 naik 2,5 kali lipat sehingga menjadi Rp.161,4 triliun. Ada 6,7 juta orang yang memegang kartu kredit. Kecenderungan peningkatan konsumsi dan transaksi menggunakan kartu kredit ini harus dikendalikan agar tidak kontraproduktif. Jika konsumen terjebak dalam nafsu konsumtif yang berlebihan sehingga  terjerat utang, bukan tidak mungkin kelas menengah ini bakal jatuh ke jurang kemiskinan.
Ekspektasi peningkatan penghasilan pada tahun-tahun mendatang diyakini  akan terus mendorong konsumsi. Kini, konsumsi berperan 70 persen atas produk domesti bruto (PDB). Hal ini dibenarkan oleh pengamat ekonomi, Tony Prasetiantono, yang mengatakan bahwa struktur perekonomian Indonesia menunjukkan konsumsi berperan sangat besar, yakni sekitar 70 persen. Disebutkan, menguatnya kelas menengah ini berdampak positif pada peningkatan permintaan tidak saja pada jasa penerbangan dan telekomunikasi, bahkan juga otomotif. Ini memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Potensi pertumbuhan masyarakat kelas menengah masih terbuka di tahun 2012. Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sekitar 6,7 persen. Dengan asumsi ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi 1 persen akan menciptakan 450.000 lapangan kerja baru. Akan  tercipta peluang untuk mendapatkan pekerjaan bagi mereka yang menganggur. Dan,  mereka akan  sangat potensial menjadi kelas menengah.
Perkembangan jumlah penduduk yang cepat serta perkembangan teknologi yang makin maju, telah mengubah pola hidup manusia. Bila sebelumnya kebutuhan manusia hanya terbatas pada kebutuhan primer dan sekunder, kini kebutuhan manusia telah meningkat kepada kebutuhan tersier yang tidak terbatas. Kebutuhan manusia tidak hanya sekedar kebutuhan primer untuk dapat melangsungkan kehidupan seperti makan dan minum, pakaian, rumah, dan kebutuhan sekunder seperti kebutuhan terhadap pendidikan, kesehatan, akan tetapi telah meningkat menjadi kebutuhan tersier yang memungkinkan seseorang untuk memilih kebutuhan yang tersedia. Kebutuhan tersier telah menyebabkan perubahan yang besar terhadap pola hidup manusia menjadi konsumtif.
Dampak Positif pola konsumtif :
  1. Menciptakan pasar bagi produsen, karena bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi masyarakat maka produsen akan membuka pasar-pasar baru guna mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
  2. Dengan adanya modernisasi terhadap barang-barang teknologi dapat merubah tata nilai dan sikap masyarakat yang awalnya irasional menjadi rasional dengan menggunakan barang teknologi tersebut.
  3. Membuka dan menambah lapangan pekerjaan, karena akan membutuhkan tenaga kerja lebih banyak untuk.
Dampak Negatif pola konsumtif :
  1. Mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih banyak membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk ditabung.
  2. Dengan mengkonsumsi atau menggunakan barang-barang berteknologi canggih kebanyakan orang-orang pada saat ini ingin hidup individualisme, mereka merasa tidak membutuhkan orang lain lagi dalam melaksanakan tugas mereka. Sehingga kadang mereka lupa bahwa mereka merupakana makhluk sosial yang seharusnya hidup bersama-sama.
  3. Pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial, karena orang akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa memikirkan harga barang tersebut murah atau mahal
Dengan mengkonsumsi atau menggunakan barang-barang berteknologi canggih banyak anak-anak pada zaman sekarang ini menjadi malas, mereka merasa lebih baik bermain game daripada belajar atau lebih baik bermain game daripada membantu orang tua. Dan yang paling buruk adalah banyak anak zaman sekarang tidak lagi hormat kepada orang tuanya.

G.     POLA KEHIDUPAN MEWAH MASYARAKAT KOTA DAN TUMBUHNYA SIFAT INDIVIDUALITIS

Masyarakat perkotaan memiliki jiwa kebersamaannya yang masih minim. Selain itu, kurang dapat bersosialisasi karena masing-masing individunya sudah sibuk dengan pekerjaannya. Tidak jarang ditemui masyarakat kota tidak saling bertegur sapa apabila bertemu dengan tetangganya. Hal ini dikarenakan antar tetangga tidak terjalin komunikasi sehingga tidak saling mengenal. Bahkan tetangga yang berjarak satu rumah pun mereka tidak saling kenal. Sehingga, nilai-nilai kebersamaan seperti saling menolong antar warga dan tenggang rasa mulai memudar. Kegiatan gotong-royong dan kerja bakti akan sangat sulit ditemui di kehidupan masyarakat kota. Pola interaksi yang di miliki oleh masyarakat perkotaan lebih kepada individual dan condong kepada ekonomi, politik dan pendidikan. Biasanya masyarakat perkotaan mempunyai pendidikan yang cukup baik dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Karena masyarakat perkotaan biasanya bekerja diperkantoran yang cukup untuk kebutuhan sehari-seharinya. Gaya hidup masyarakat perkotaan lebih kepada kemewahan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Keterkaitan antara masyarakat kota dengan sikap individualisme ini dapat dilihat dari sikap masyarakat itu sendiri, karena masyarakat kota lebih mementingkan pekerjaan dan kehidupan dunianya sendiri daripada berinteraksi dengan masyarakat sekitar rumahnya, bahkan dengan tetangga disekitar rumahnya mereka tidak saling mengenal. Selain hal tersebut dapat dilihat dari adanya pengaruh globalisasi juga membuat seseorang cenderung memiliki dunia nya sendiri, sebagaimana yang kita tahu bahwa zaman modern di abad ini, teknologi telah maju pesat, dunia seolah dalam genggaman, dengan berbagai teknologi yang ada manusia tidak perlu bersusah susah membuang tenaga, efisien dan menghemat waktu, namun di balik itu tanpa disadari perkembangan teknologi itu justru dapat membuat seseorang menjadi tidak memerlukan orang lain dan menyebabkan semakin tumbuhnya sikap individualisme dalam masyarakat kita. Dan dapat kita lihat dengan pola kehidupan yang ada dikota itu sendiri masyarakat kita adalah masyarakat yang konsumtif dimana jika ada barang baru maka mereka berbondong-bondong untuk membelinya, keterkaitannya dengan sikap individulalisme itu sendiri adalah dengan masyarakat yang demikian tersebut maka mereka hanya mementingkan kelompok atau keluarganya tidk mementingkan orang lain yang tidak mereka kenal, dan mereka juga tidak mau berbaur dengan orang-orang yang dianggapnya sederajad.

H.     POLA KEHIDUPAN MEWAH MASYARAKAT KOTA DAN MUNCULNYA KESENJANGAN SOSIAL
Adanya kesenjangan sosial yang semakin hari semakin memprihatinkan membuat banyak orang makin amburadul,khususnya di lingkungan perkotaan. Orang-orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya,yang miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan adanya kesenjangna yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah,apalagi jika ia miskin dan juga kotor,jangankan menolong,sekedar melihatpun mereka enggan.
Disaat banyak anak-anak jalanan yang tak punya tempat tinggal dan tidur dijalanan, namun masih banyak orang yang berleha-leha tidur di hotel berbintang ,banyak orang diluar sana yang kelaparan dan tidak bisa memberi makan untuk anak-anaknya tapi lebih bnyak pula orang kaya sedang asyik menyantap berbagai makanan enak yang harganya selangit. Disaat banyak orang-orang miskin kedinginan karena pakaian yang tidak layak mereka pakai,namun banyak orang kaya yang berlebihan membeli pakaian bahkan tak jarang yang memesan baju dari para designer seharga 250.000 juta,dengan harga sebnyak itu seharusnya sudah dapat memberi makan orang-orang miskin yang kelaparan.
Pemerintah harusnya lebih memperhatikan masalah yang seperti ini,pembukaan UUD 45 bahkan telah memberi amanat kepada pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa,harusnya orang-orang yang berada di pemerintahan lebih serius untuk memikirkan kepentingan bangsa yang memang sudah menjadi tanggung jawab mereka,tapi dari kasus-kasus yang sekarang ini tentang para anggota pemerintahan yang melakukan korupsi dapat menunjukan bahwa tidak sedkit dari mereka masih memikirkan kepentingannya masing-masing,uang dan biaya yang seharusnya untuk kemakmuran masyarakat dimakan oleh mereka sendiri.Kalaupun pada akhirnya mereka mendapatkan hukuman itu bukanlah “hukuman” yang sebenarnya,banyak dari mereka masih tetap hidup mewah walaupun mereka dalam kurungan penjara yang seharusny memebuat mereka jera.
Agama mengajarkan agar masing-masing dari kita memiliki kepekaan sosial. Agar mau memanfaatkan rezeki dari pendapatan,kekayaan,kepintaran dan kemampuannya untuk kepentingan bersama. Bahkan kita sebagai manusia juga diharuskan untuk saling tolong menolong kepeda sesamanaya. Namun dalam kenyataanya,semua itu hanyalah mimpi semu dan kenyataan yang tak pernah menjadi nyata…..Karena sampai sekarang disekitar kita masih banyak anak-anak terlantar,pengemis,dan kelaparan yang merajalela. Masih segudang orang miskin yang mengaharapkan bantuan dari tangan orang yang berhati dermawan,bukan hanya bantuan materil semata tapi juga keadilan,kemakmura,perlakuan baik dan segudang hak-hak mereka sebagai manusia dan warga Negara Indonesia yang pantas mereka dapatkan seperti layaknya orang lain,bukan hanya memandang sebelah mata kepada mereka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar