KETERPADUAN EKONOMI DAN SOSIOLOGI
oleh :
evi meriani, luki susanto, fredi novari, rika warnita, agnes desi, ahmad rafa'i, zumrawi, minarti, leni widianingsih.
oleh :
evi meriani, luki susanto, fredi novari, rika warnita, agnes desi, ahmad rafa'i, zumrawi, minarti, leni widianingsih.
Jika berbicara mengenai pembelajaran IPS,
tentu setiap mata pelajaran yang termasuk dalam ilmu pengetahuan sosial (IPS)
memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Sejatinya, pembelajaran sebuah ilmu
akan lebih sempurna jika ditunjang oleh ilmu-ilmu yang lain. Berikut ini,
kelompok kami akan mencoba membuat keterkaitan materi ekonomi dengan sosiologi.
Jika ditelaah lebih lanjut, kedua pelajaran ini memiliki keterkaitan yang cukup
kuat. Yang coba kami kupas secara garis besar kurang lebih adalah bagaimana keterkaitan
masalah-masalah ekonomi terhadap gejala sosial, kecenderungan berprilaku baik
individu maupun kelompok atau sebuah komunitas tertentu. Untuk lebih jelasnya,
mari kita lihat tabel berikut ini :
Berdasarkan tabel diatas, jelas bahwa
masalah-masalah ekonomi menimbulkan gejala-gejala sosial, begitupun sebaliknya.
Untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu per satu.
A. KURANGNYA LAPANGAN PEKERJAAN DAN TINGGINYA
ANGKA KRIMINALITAS
Seiring dengan perkembangan zaman, berdasarkan
realita yang terjadi dilapangan, lapangan pekerjaan yang tersedia, di Indonesia
khususnya sangatlah terbatas. Hal ini terjadi akibat banyak faktor, diantaranya
adalah pola konsumsi manusia yang lebih tinggi dibandingkan pola produksinya. Secara
langsung maupun tidak langsung, kurangnya laangan pekerjaan yang tersedia akan
mengakibatkan banyak gejala-gejala sosial di sekitar kita. Secara garis
besarnya, tuntutan kebutuhan manusia yang tidak pernah ada habisnya, memaksa
seseorang untuk memenuhinya tanpa peduli bagaimanapun caranya. Terkait dengan
kurangnya lapangan pekerjaan, seseorang yang tidak memiliki keterampilan
khusus, atau berpendidikan rendah terkadang menemui jalan buntu. Disatu sisi
harus memenuhi kebutuhan, namun disisi lain tidak adanya lahan yang bersedia
menampungnya sebagai pekerja. Oleh karna itu, timbullah aliran pikiran negatif
disaat keadaan mendesak. Hal inilah yang dimaksudkan ada keterkaitan antara
kurangnya lapangan pekerjaan dengan tingginya angka kriminalitas dalam
kehidupan masyarakat. Semakin kurangnya lapangan pekerjaan, ditambah dengan
kebutuhan manusia yang semakin tinggi, serta pola kehidupan konsumtif yang
mulai menyelimuti kehidupan masyarakat Indonesia, membuat seseorang atau suatu
kelompok menjadi buta mata. Hal ini akan menimbulkan gejala sosial di
masyarakat. Akan timbul konflik, dan mempengaruhi dinamika kehidupan
bermasyarakat itu sendiri. Wilayah yang angka kriminalitasnya rendah akan
mencerminkan bahwa diwilayah itu kehidupan masyarakatnya harmonis, artinya ada
kesinambungan antara lapangan pekerjaan yang tersedia dan interaksi yang
terjadi antar masyarakatnya. Sebaliknya, jika dalam suatu wilayah tingkat
kriminalitasnya tinggi, mencerminkan bahwa diwilayah itu memiliki pertumbuhan
penduduk yang cepat, dan tentu saja kurangnya lapangan pekerjaan.
B. KURANGNYA LAPANGAN PEKERJAAN DAN JUMLAH
PENDUDUK YANG SEMAKIN BERTAMBAH
pengangguran merupakan masalah yang sangat penting untuk
diselesaikan mengingat angka atau besaran tingkat pengangguran di Indonesia
yang mengalami kenaikan tiap tahunnya diikuti bertambahnya jumlah penduduk dan
jumlah angkatan kerja Indonesia. Angka pengangguran yang rendah dapat
mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang baik, serta dapat mencerminkan adanya
peningkatan kualitas taraf hidup penduduk dan peningkatan pemerataan pendapatan,
Oleh karena itu kesejahteraan penduduk meningkat.
setiap tahun penduduk bertambah, maka yang
akan terjadi penurunan lahan kosong akibat dialih fungsikan sebagai pemukiman
penduduk. Dengan menurunnya jumlah lahan kosong yang tersedia maka juga
menyebabkan ikut berkurangnya lahan lahan yang digunakan masyarakat sebagai
tempat bekerja, misalnya tanah yang digunakan oleh petani yang beralih fungsi
sebagai pemukiman. Namun, dengan berkurangnya lahan lahan pertanian, akan
berbanding terbalik dengan jumlah penduduk, jika jumlah lahan semakin sedikit,
maka jumlah penduduk akan semakin banyak. Jumlah penduduk yang semakin banyak,
akan berakibat banyak masyarakat yang menjadi pengangguran, akibat banyak lahan
yang beralih fungsi. Petani yang menjadikan lahan pertanian sebagai sumber
rezeki mereka kini berubah menjadi pemukiman penduduk, dan akhirnya mereka pun
kehilangan mata pencaharian mereka sebagai petani. Jika mereka beganti
profesi pun mereka tentu belum mendapatkan yang lebih baik, daripada ketika
mereka menjadi seorang petani. Akibatnya mereka lebih memilih menganggur dan
berharap belas kasihan pemerintah agar mau membantu mereka.
Berdasarkan
pada latar belakang permasalahan tersebut, besarnya jumlah pengangguran yang
terus meningkat sejalan dengan tingginya tingkat angkatan kerja yang rata-rata
peningkatan setiap tahunnya 2,1 persen serta diiringi oleh lambatnya
pertumbuhan ekonomi disamping naiknya besaran GDP yang dialami oleh Indonesia.
Namun demikian tingginya pengangguran yang terjadi ternyata juga diikuti oleh
peningkatan upah yang diterima serta berfluktuasinya inflasi di Indonesia.
ekonomi tidak saja jurang antara peningkatan angkatan kerja baru dengan
penyediaan lapangan kerja yang rendah terus makin dalam, tetapi juga terjadi
pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini menyebabkan jumlah pengangguran di
Indonesia dari tahun ke tahun semakin tinggi. Kasus permasalahan pengangguran dirasa
sudah cukup parah bagi pembangunan. Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih
besar dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang
(gap)
yang terus membesar. Kondisi tersebut kini membesar setelah krisis ekonomi.
Beberapa indikator-indikator ekonomi sangat berpengaruh terhadap jumlah
pengangguran.
jumlah
penduduk yang bertambah tiap tahunnya ternyata memiliki hubungan searah dengan
jumlah pengangguran. Dengan bertambahnya jumlah penduduk akan mengakibatkan
bertambahnya jumlah pengangguran. Hal ini juga didapat dari nilai koefisien
korelasi antara jumlah penduduk dan jumlah pengangguran. Hal ini
mengindikasikan hubungan positif dan kuat antara jumlah penduduk dan jumlah
pengangguran. Berdasarkan nilai koefisien dapat disimpulkan bahwa peningkatan
jumlah penduduk seiring dengan peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia.
Hal ini disebabkan kurangnya Penyerapan tenaga kerja, sehingga hubungan antara
kenaikan jumlah penduduk di Indonesia sangat kuat dengan kenaikan jumlah
pengangguran. Hubungan yang searah tersebut
sesuai dengan teori pertumbuhan klasik, di mana penduduk yang sudah terlalu
banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi
produksi, maka produksi marginal akan mengalami penurunan. Oleh karena itu,
dengan adanya pertambahan penduduk yang terlalu banyak maka akan menurunkan
kegiatan ekonomi, sehingga mengakibatkan penduduk bekerja, hal tersebut
mengindikasikan bertambahnya jumlah pengangguran hal tersebut disebabkan oleh
sempitnya lapangan pekerjaan serta kompetensi pekerja yang tidak sesuai dengan
peluang kerja yang ada.
Jika penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya
akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk
telah menjadi negatif, ini mengakibatkan kemakmuran masyarakat menurun kembali.
Ekonomi akan mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah, Apabila keadaan
ini dicapai, maka ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan yang tidak berimbang
(stationary state). Pada keadaan
ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli
ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya
keadaan tidak berimbang tersebut. Berdasarkan penjelasan ahliahli ekonomi
klasik, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan
per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum.
Dari uraian tersebut dapat dilihat apabila kekurangan penduduk, produksi
marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akibatnya pertambahan
penduduk akan menaikkan pendapatan per kapita. Di sisi lain, apabila penduduk sudah
terlalu banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurangakan mempengaruhi
fungsi produksi,maka produksi marjinal akan mulaimengalami penurunan.
Berdasarkanhal tersebut, pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin
lambat pertumbuhannya.
C. TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN DAN TINGGINYA
ANGKA KRIMINALITAS
Pengangguran adalah suatu kondisi di mana orang tidak dapat
bekerja, karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan.Tingginya angka
pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak
merata, dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu
faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang
menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di
negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk
sumber daya manusia.. Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya
manusia adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran
terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak. Pengangguran penuh atau
terbuka yakni terdiri dari orang-orang yang sebenarnya mampu dan ingin bekerja,
akan tetapi tidak mendapatkan lapangan pekerjaan sama sekali. Masalah
pengangguran jika dibiarkan berlarut-larut maka sangat besar kemungkinannya
untuk mendorong suatu krisis sosial. Suatu krisis sosial ditandai dengan
meningkatnya angka kriminalitas, tingginya angka kenakalan remaja, melonjaknya
jumlah anak jalanan atau preman, dan besarnya kemungkinan untuk terjadi berbagai
kekerasan sosial yang senantiasa menghantui masyarakat kita.
Bagi banyak orang, mendapatkan sebuah pekerjaan seperti
mendapatkan harga diri. Kehilangan pekerjaan bisa dianggap kehilangan harga
diri. Walaupun bukan pilihan semua orang, di zaman serba susah begini
pengangguran dapat dianggap sebagai nasib. Seseorang bisa saja diputus hubungan
kerja karena perusahaannya bangkrut. Padahal di masyarakat, jutaan penganggur
juga antri menanti tenaganya dimanfaatkan.
Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia lambat-laun akan
menimbulkan banyak masalah sosial yang nantinya akan menjadi suatu krisis
sosial, karena banyak orang yang frustasi menghadapi nasibnya. Pengangguran
yang terjadi tidak saja menimpa para pencari kerja yang baru lulus sekolah,
melainkan juga menimpa orangtua yang kehilangan pekerjaan karena kantor dan
pabriknya tutup. Indikator masalah sosial bisa dilihat dari begitu banyaknya
anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan
maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan
kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.
Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran
di negara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor
formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, mereka
kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor
informal. Justru orang-orang yang kurang berpendidikan bisa melakukan inovasi
menciptakan kerja, entah sebagai joki yang menumpang di mobil atau joki payung
kalau hujan. Juga para pedagang kaki lima dan tukang becak, bahkan orang demo
saja dibayar. Yang menjadi kekhawatiran adalah jika banyak para penganggur yang
mencari jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal.Sulitnya mencari
pekerjaan yang mengharuskan para pengangguran mecari uang dengan menghalalkan
segala cara demi sesuap nasi,seperti mencopet,penjambretan,sampai ke pembobolan
bank pun banyak terjadi. Tingginya angka pengangguran akan semakin banyak menimbulkan
tindakan kriminalitas.
D. TINGGINYA ANGKA PENGANGGURAN DAN JUMLAH
PENDUDUK YANG TERUS BERTAMBAH
pengangguran merupakan masalah yang sangat penting untuk
diselesaikan mengingat angka atau besaran tingkat pengangguran di Indonesia
yang mengalami kenaikan tiap tahunnya diikuti bertambahnya jumlah penduduk dan
jumlah angkatan kerja Indonesia. Angka pengangguran yang rendah dapat
mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang baik, serta dapat mencerminkan adanya
peningkatan kualitas taraf hidup penduduk dan peningkatan pemerataan pendapatan,
Oleh karena itu kesejahteraan penduduk meningkat.
setiap tahun penduduk bertambah, maka yang
akan terjadi penurunan lahan kosong akibat dialih fungsikan sebagai pemukiman
penduduk. Dengan menurunnya jumlah lahan kosong yang tersedia maka juga
menyebabkan ikut berkurangnya lahan lahan yang digunakan masyarakat sebagai
tempat bekerja, misalnya tanah yang digunakan oleh petani yang beralih fungsi
sebagai pemukiman. Namun, dengan berkurangnya lahan lahan pertanian, akan
berbanding terbalik dengan jumlah penduduk, jika jumlah lahan semakin sedikit,
maka jumlah penduduk akan semakin banyak. Jumlah penduduk yang semakin banyak,
akan berakibat banyak masyarakat yang menjadi pengangguran, akibat banyak lahan
yang beralih fungsi. Petani yang menjadikan lahan pertanian sebagai sumber
rezeki mereka kini berubah menjadi pemukiman penduduk, dan akhirnya mereka pun
kehilangan mata pencaharian mereka sebagai petani. Jika mereka beganti
profesi pun mereka tentu belum mendapatkan yang lebih baik, daripada ketika mereka
menjadi seorang petani. Akibatnya mereka lebih memilih menganggur dan berharap
belas kasihan pemerintah agar mau membantu mereka.
Berdasarkan
pada latar belakang permasalahan tersebut, besarnya jumlah pengangguran yang
terus meningkat sejalan dengan tingginya tingkat angkatan kerja yang rata-rata
peningkatan setiap tahunnya 2,1 persen serta diiringi oleh lambatnya
pertumbuhan ekonomi disamping naiknya besaran GDP yang dialami oleh Indonesia.
Namun demikian tingginya pengangguran yang terjadi ternyata juga diikuti oleh
peningkatan upah yang diterima serta berfluktuasinya inflasi di Indonesia.
ekonomi tidak saja jurang antara peningkatan angkatan kerja baru dengan
penyediaan lapangan kerja yang rendah terus makin dalam, tetapi juga terjadi
pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini menyebabkan jumlah pengangguran di
Indonesia dari tahun ke tahun semakin tinggi.
Kasus permasalahan pengangguran dirasa sudah cukup parah bagi
pembangunan. Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan
dengan lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang (gap)
yang terus membesar. Kondisi tersebut kini membesar setelah krisis ekonomi.
Beberapa indikator-indikator ekonomi sangat berpengaruh terhadap jumlah
pengangguran.
jumlah
penduduk yang bertambah tiap tahunnya ternyata memiliki hubungan searah dengan
jumlah pengangguran. Dengan bertambahnya jumlah penduduk akan mengakibatkan
bertambahnya jumlah pengangguran. Hal ini juga didapat dari nilai koefisien
korelasi antara jumlah penduduk dan jumlah pengangguran. Hal ini
mengindikasikan hubungan positif dan kuat antara jumlah penduduk dan jumlah
pengangguran. Berdasarkan nilai koefisien dapat disimpulkan bahwa peningkatan
jumlah penduduk seiring dengan peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia.
Hal ini disebabkan kurangnya Penyerapan tenaga kerja, sehingga hubungan antara
kenaikan jumlah penduduk di Indonesia sangat kuat dengan kenaikan jumlah
pengangguran.
Hubungan yang
searah tersebut sesuai dengan teori pertumbuhan klasik, di mana penduduk yang
sudah terlalu banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan
mempengaruhi fungsi produksi, maka produksi marginal akan mengalami penurunan.
Oleh karena itu, dengan adanya pertambahan penduduk yang terlalu banyak maka
akan menurunkan kegiatan ekonomi, sehingga mengakibatkan penduduk bekerja, hal
tersebut mengindikasikan bertambahnya jumlah pengangguran hal tersebut
disebabkan oleh sempitnya lapangan pekerjaan serta kompetensi pekerja yang
tidak sesuai dengan peluang kerja yang ada.
Jika penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya
akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap penduduk
telah menjadi negatif, ini mengakibatkan kemakmuran masyarakat menurun kembali.
Ekonomi akan mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah, Apabila keadaan
ini dicapai, maka ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan yang tidak berimbang
(stationary state). Pada keadaan
ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli
ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya
keadaan tidak berimbang tersebut. Berdasarkan penjelasan ahliahli ekonomi
klasik, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan
per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum.
Dari uraian tersebut dapat dilihat apabila kekurangan penduduk, produksi
marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akibatnya pertambahan
penduduk akan menaikkan pendapatan per kapita. Di sisi lain, apabila penduduk sudah
terlalu banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurangakan mempengaruhi
fungsi produksi,maka produksi marjinal akan mulaimengalami penurunan.
Berdasarkanhal tersebut, pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin
lambat pertumbuhannya.
E. SEMAKIN BERTAMBAHNYA KEBUTUHAN MANUSIA DAN
TINGGINYA ANGKA KRIMINALITAS
Keterkaitan juga terjadi antara bertambahnya
kebutuhan manusia dengan tingginya angka kriminalitas. Seperti yang telah
dibahas pada sub bab sebelumnya, kebutuhan manusia yang tidak ada pernah
habisnya, dan berubahnya pola kehidupan masyarakat saat ini memungkinkan
seseorang melakukan segala sesuatu demi terpenuhinya kebutuhan tersebut. Keteekaitannya
dengan tingkat kriminalitas adalah ketika hal ini ditunjang dengan kurangnya
lapangan pekerjaan, populasi jumlah penduduk yang membludak, serta faktor
lainnya yang memungkinkan timbulnya tindak kejahatan tersebut.
F. POLA KEHIDUPAN KONSUMTIF DAN JUMLAH PENDUDUK
YANG TERUS BERTAMBAH
Semakin majunya pola pembanguna nasional di
Indonesia secara tidak langsung dapat meningkatkan daya beli
masyarakat.kebiasaan dan gaya hidup masyarakatpun ikut berubah dari waktu ke
waktu yang tadinta bersikap sederhana menjadi
berprilaku konsumtif. Konsumtif
merupakan sifat yang dimiliki oleh masyarakat. Sifat yang sangat mendasar pada
kehidupan setiap orang. Sehingga hampir semua orang memiliki sifat ini, tidak
hanya orang yang memiliki taraf hiudp tinggi, terkadang orang yang memiliki
taraf hidup rendah juga mempunyai sifat ini. Kegiatan mengkonsumsi yang
berlebihan dapat menimbulkan perilaku konsumtif masyarakat.Pola hidup berprilaku konsumtif ini terjadi
pada hamper semua lapisan masyarakat meskipun dengan kadar yang berbeda-beda.
Masalah pola konsumtif seperti ini biasanya
terjadi di kota-kota besar seperti
Jakarta,Bandung dan tak lupa kota-kota lainnya..yang merupakan
pusat-pusat perbelanjaan ,terkadang mereka membeli barang-barang yang tidak
terlalu penting hanya untuk kesenangan semata dan untuk memuaskan dirinya
sendiri, contohnya para remaja.
Dari 134 juta orang jumlah kelas
menangah, sekitar 14 juta orang masuk ke dalam rata-rata pengeluaran 6 dolar
sampai 20 dolar AS per hari. Sebanyak 68 persen atau sekitar 91 juta
orang lainnya merupakan kelas menengah bawah, dengan pengeluaran 2-4 dolar AS
per hari.
Nafsu untuk berbelanja ternyata sangat besar.
Bahkan masyarakat kelas menengah ini memiliki gaya tersendiri dalam berbelanja.
Masih menurut Bank Dunia, nilai uang yang dibelanjakan kelas menengah Indonesia
sangat fantastis. Belanja pakaian dan alas kaki tahun 2010 mencapai
Rp.113,4 triliun. Belanja rumah tangga dan jasa sebesar Rp.194,4 triliun,
belanja di luar negeri Rp.50 triliun, dan biaya transportasi Rp. 283,6 triliun.
Lebih lanjut, data Bank Indonesia menunjukkan,
jumlah transaksi menggunakan kartu kredit dalam periode 2005-2010 naik 2,5 kali
lipat sehingga menjadi Rp.161,4 triliun. Ada 6,7 juta orang yang memegang kartu
kredit. Kecenderungan peningkatan konsumsi dan transaksi menggunakan kartu
kredit ini harus dikendalikan agar tidak kontraproduktif. Jika konsumen
terjebak dalam nafsu konsumtif yang berlebihan sehingga terjerat utang,
bukan tidak mungkin kelas menengah ini bakal jatuh ke jurang kemiskinan.
Ekspektasi peningkatan penghasilan pada
tahun-tahun mendatang diyakini akan terus mendorong konsumsi. Kini,
konsumsi berperan 70 persen atas produk domesti bruto (PDB). Hal ini dibenarkan
oleh pengamat ekonomi, Tony Prasetiantono, yang mengatakan bahwa struktur
perekonomian Indonesia menunjukkan konsumsi berperan sangat besar, yakni
sekitar 70 persen. Disebutkan, menguatnya kelas menengah ini berdampak positif
pada peningkatan permintaan tidak saja pada jasa penerbangan dan
telekomunikasi, bahkan juga otomotif. Ini memberikan kontribusi pada
pertumbuhan ekonomi.
Potensi pertumbuhan masyarakat kelas menengah
masih terbuka di tahun 2012. Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun
2012 sekitar 6,7 persen. Dengan asumsi ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi 1
persen akan menciptakan 450.000 lapangan kerja baru. Akan tercipta
peluang untuk mendapatkan pekerjaan bagi mereka yang menganggur. Dan,
mereka akan sangat potensial menjadi kelas menengah.
Perkembangan jumlah penduduk yang cepat serta perkembangan
teknologi yang makin maju, telah mengubah pola hidup manusia. Bila sebelumnya
kebutuhan manusia hanya terbatas pada kebutuhan primer dan sekunder, kini
kebutuhan manusia telah meningkat kepada kebutuhan tersier yang tidak terbatas.
Kebutuhan manusia tidak hanya sekedar kebutuhan primer untuk dapat
melangsungkan kehidupan seperti makan dan minum, pakaian, rumah, dan kebutuhan
sekunder seperti kebutuhan terhadap pendidikan, kesehatan, akan tetapi telah
meningkat menjadi kebutuhan tersier yang memungkinkan seseorang untuk memilih
kebutuhan yang tersedia. Kebutuhan tersier telah menyebabkan perubahan yang
besar terhadap pola hidup manusia menjadi konsumtif.
Dampak Positif pola konsumtif :
- Menciptakan pasar bagi produsen, karena bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi masyarakat maka produsen akan membuka pasar-pasar baru guna mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
- Dengan adanya modernisasi terhadap barang-barang teknologi dapat merubah tata nilai dan sikap masyarakat yang awalnya irasional menjadi rasional dengan menggunakan barang teknologi tersebut.
- Membuka dan menambah lapangan pekerjaan, karena akan membutuhkan tenaga kerja lebih banyak untuk.
Dampak Negatif pola konsumtif :
- Mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih banyak membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk ditabung.
- Dengan mengkonsumsi atau menggunakan barang-barang berteknologi canggih kebanyakan orang-orang pada saat ini ingin hidup individualisme, mereka merasa tidak membutuhkan orang lain lagi dalam melaksanakan tugas mereka. Sehingga kadang mereka lupa bahwa mereka merupakana makhluk sosial yang seharusnya hidup bersama-sama.
- Pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial, karena orang akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa memikirkan harga barang tersebut murah atau mahal
Dengan mengkonsumsi atau menggunakan
barang-barang berteknologi canggih banyak anak-anak pada zaman sekarang ini
menjadi malas, mereka merasa lebih baik bermain game daripada belajar atau
lebih baik bermain game daripada membantu orang tua. Dan yang paling buruk
adalah banyak anak zaman sekarang tidak lagi hormat kepada orang tuanya.
G. POLA KEHIDUPAN MEWAH MASYARAKAT KOTA DAN
TUMBUHNYA SIFAT INDIVIDUALITIS
Masyarakat perkotaan memiliki jiwa kebersamaannya yang masih minim. Selain itu, kurang dapat bersosialisasi karena masing-masing individunya sudah sibuk dengan pekerjaannya. Tidak jarang ditemui masyarakat kota tidak saling bertegur sapa apabila bertemu dengan tetangganya. Hal ini dikarenakan antar tetangga tidak terjalin komunikasi sehingga tidak saling mengenal. Bahkan tetangga yang berjarak satu rumah pun mereka tidak saling kenal. Sehingga, nilai-nilai kebersamaan seperti saling menolong antar warga dan tenggang rasa mulai memudar. Kegiatan gotong-royong dan kerja bakti akan sangat sulit ditemui di kehidupan masyarakat kota. Pola interaksi yang di miliki oleh masyarakat perkotaan lebih kepada individual dan condong kepada ekonomi, politik dan pendidikan. Biasanya masyarakat perkotaan mempunyai pendidikan yang cukup baik dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Karena masyarakat perkotaan biasanya bekerja diperkantoran yang cukup untuk kebutuhan sehari-seharinya. Gaya hidup masyarakat perkotaan lebih kepada kemewahan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Keterkaitan antara masyarakat kota dengan sikap individualisme ini dapat dilihat dari sikap masyarakat itu sendiri, karena masyarakat kota lebih mementingkan pekerjaan dan kehidupan dunianya sendiri daripada berinteraksi dengan masyarakat sekitar rumahnya, bahkan dengan tetangga disekitar rumahnya mereka tidak saling mengenal. Selain hal tersebut dapat dilihat dari adanya pengaruh globalisasi juga membuat seseorang cenderung memiliki dunia nya sendiri, sebagaimana yang kita tahu bahwa zaman modern di abad ini, teknologi telah maju pesat, dunia seolah dalam genggaman, dengan berbagai teknologi yang ada manusia tidak perlu bersusah susah membuang tenaga, efisien dan menghemat waktu, namun di balik itu tanpa disadari perkembangan teknologi itu justru dapat membuat seseorang menjadi tidak memerlukan orang lain dan menyebabkan semakin tumbuhnya sikap individualisme dalam masyarakat kita. Dan dapat kita lihat dengan pola kehidupan yang ada dikota itu sendiri masyarakat kita adalah masyarakat yang konsumtif dimana jika ada barang baru maka mereka berbondong-bondong untuk membelinya, keterkaitannya dengan sikap individulalisme itu sendiri adalah dengan masyarakat yang demikian tersebut maka mereka hanya mementingkan kelompok atau keluarganya tidk mementingkan orang lain yang tidak mereka kenal, dan mereka juga tidak mau berbaur dengan orang-orang yang dianggapnya sederajad.
H. POLA KEHIDUPAN MEWAH MASYARAKAT KOTA DAN
MUNCULNYA KESENJANGAN SOSIAL
Adanya kesenjangan sosial yang semakin
hari semakin memprihatinkan membuat banyak orang makin amburadul,khususnya di
lingkungan perkotaan. Orang-orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak
dari hal ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya,yang
miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan
adanya kesenjangna yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”.
Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah,apalagi jika ia
miskin dan juga kotor,jangankan menolong,sekedar melihatpun mereka enggan.
Disaat banyak anak-anak jalanan yang
tak punya tempat tinggal dan tidur dijalanan, namun masih banyak orang yang
berleha-leha tidur di hotel berbintang ,banyak orang diluar sana yang kelaparan
dan tidak bisa memberi makan untuk anak-anaknya tapi lebih bnyak pula orang
kaya sedang asyik menyantap berbagai makanan enak yang harganya selangit.
Disaat banyak orang-orang miskin kedinginan karena pakaian yang tidak layak
mereka pakai,namun banyak orang kaya yang berlebihan membeli pakaian bahkan tak
jarang yang memesan baju dari para designer seharga 250.000 juta,dengan harga
sebnyak itu seharusnya sudah dapat memberi makan orang-orang miskin yang
kelaparan.
Pemerintah harusnya lebih
memperhatikan masalah yang seperti ini,pembukaan UUD 45 bahkan telah memberi
amanat kepada pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
bangsa,harusnya orang-orang yang berada di pemerintahan lebih serius untuk
memikirkan kepentingan bangsa yang memang sudah menjadi tanggung jawab
mereka,tapi dari kasus-kasus yang sekarang ini tentang para anggota
pemerintahan yang melakukan korupsi dapat menunjukan bahwa tidak sedkit dari
mereka masih memikirkan kepentingannya masing-masing,uang dan biaya yang
seharusnya untuk kemakmuran masyarakat dimakan oleh mereka sendiri.Kalaupun
pada akhirnya mereka mendapatkan hukuman itu bukanlah “hukuman” yang
sebenarnya,banyak dari mereka masih tetap hidup mewah walaupun mereka dalam
kurungan penjara yang seharusny memebuat mereka jera.
Agama mengajarkan agar masing-masing
dari kita memiliki kepekaan sosial. Agar mau memanfaatkan rezeki dari
pendapatan,kekayaan,kepintaran dan kemampuannya untuk kepentingan bersama.
Bahkan kita sebagai manusia juga diharuskan untuk saling tolong menolong kepeda
sesamanaya. Namun dalam kenyataanya,semua itu hanyalah mimpi semu dan kenyataan
yang tak pernah menjadi nyata…..Karena sampai sekarang disekitar kita masih
banyak anak-anak terlantar,pengemis,dan kelaparan yang merajalela. Masih
segudang orang miskin yang mengaharapkan bantuan dari tangan orang yang berhati
dermawan,bukan hanya bantuan materil semata tapi juga
keadilan,kemakmura,perlakuan baik dan segudang hak-hak mereka sebagai manusia
dan warga Negara Indonesia yang pantas mereka dapatkan seperti layaknya orang
lain,bukan hanya memandang sebelah mata kepada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar